USD/JPY Menguat di Tengah Sentimen Risk-Off Jelang Risalah FOMC, Membaik ke Dekat 150,30
- USD/JPY melanjutkan kenaikan di tengah sentimen risk-off menjelang risalah FOMC.
- The Fed AS diprakirakan akan menghindari penurunan suku bunga pada bulan Maret dan Mei.
- Pejabat Jepang Atsushi Mimura menyatakan pemerintah berkomunikasi dengan negara-negara lain soal intervensi FX.
USD/JPY menguat untuk hari perdagangan ketiga berturut-turut, didukung oleh penguatan Dolar AS (USD). Tren naik ini dapat dikaitkan dengan sentimen pasar, yang bias ke kemungkinan Federal Reserve (The Fed) menahan diri dari menurunkan suku bunga pada pertemuan mendatang di bulan Maret dan Mei. Sentimen ini diperkuat oleh data harga konsumen dan produsen yang lebih kuat yang dirilis minggu lalu. Pasangan USD/JPY diperdagangkan lebih tinggi di sekitar 150,30 selama awal sesi Eropa pada hari Selasa.
ANZ memprakirakan Federal Reserve (The Fed) dapat memulai siklus penurunan suku bunga mulai bulan Juli di pertengahan musim panas. Menurut FedWatch Tool dari CME, terdapat kemungkinan 53% penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin oleh The Fed AS pada pertemuan bulan Juni.
Indeks Dolar AS (DXY), yang mengukur nilai Dolar AS terhadap enam mata uang utama lainnya, mengakhiri penurunan empat hari berturut-turutnya. DXY diperdagangkan lebih tinggi di sekitar 104,30, dengan imbal hasil kupon obligasi AS bertenor 2-tahun dan 10-tahun masing-masing 4,64% dan 4,29%, pada saat penulisan.
Di sisi lain, pejabat Kementerian Keuangan Jepang Atsushi Mimura menyatakan pada hari Selasa bahwa pemerintah "terus berkomunikasi dan berkoordinasi dengan negara-negara lain soal intervensi FX." Beliau menekankan pentingnya menjaga keamanan dan pengamanan likuiditas dalam pengelolaan cadangan devisa. Mimura menyebutkan pemerintah dapat menjual aset seperti tabungan dan obligasi luar negeri dalam bentuk cadangan devisa jika intervensi dianggap perlu.
Selain itu, Menteri Keuangan Shunichi Suzuki mengatakan bahwa meskipun pelemahan Yen memiliki kelebihan dan kekurangan, ia menyatakan kekhawatiran yang lebih besar terhadap implikasi negatif dari pelemahan mata uang. Dalam wawancara sebelumnya, Suzuki juga mencatat, "Bank of Japan (BoJ) memegang yurisdiksi kebijakan moneter. Namun akan tiba saatnya ketika suku bunga naik."
Pelaku pasar kemungkinan akan mengamati data Neraca Perdagangan dengan angka Impor dan Ekspor untuk bulan Januari pada hari Rabu. Selain itu, fokusnya akan beralih ke risalah pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC).