Back

Prakiraan Harga Emas: XAU/USD Membukukan Kenaikan Moderat di Atas $2.600, Fokus pada Kebijakan Trump

  • Harga Emas bertahan positif dekat $2.625 di awal sesi Asia hari Kamis.
  • Risiko geopolitik, pembelian bank sentral, dan arus safe haven dapat mendorong harga Emas.
  • Ekspektasi penurunan suku bunga The Fed yang lebih lambat dapat membatasi kenaikan logam mulia ini.

Harga Emas (XAU/USD) diperdagangkan dengan kenaikan tipis ke sekitar $2.625 selama awal sesi Asia pada hari Kamis. Ketidakpastian seputar kebijakan tarif Donald Trump, risiko geopolitik, dan aksi beli bank sentral mendukung logam mulia. Meskipun demikian, sikap hati-hati Federal Reserve (The Fed) dapat membatasi kenaikan Emas.

Para pedagang menantikan katalis-katalis baru yang dapat mempengaruhi prospek suku bunga The Fed tahun ini. Pada bulan Desember, Ketua The Fed Jerome Powell mengisyaratkan sikap hati-hati terhadap penurunan suku bunga lebih lanjut setelah menurunkan suku bunga 25 basis poin (bp). Hal ini, pada gilirannya, dapat memberikan dukungan kepada Greenback dan melemahkan harga komoditas dalam mata uang USD.

Rilis Klaim Pengangguran Awal mingguan AS pada hari Kamis dapat memberikan beberapa petunjuk tentang kondisi pasar tenaga kerja AS, dan pada hari Jumat, IMP Manufaktur S&P Global AS untuk bulan Desember akan menjadi sorotan.

Di sisi lain, ketidakpastian seputar kebijakan dari Presiden Donald Trump yang akan datang dapat mengangkat logam mulia. Selain itu, ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan konflik Rusia-Ukraina yang sedang berlangsung diprakirakan akan tetap tinggi tahun ini, yang dapat mendorong aliran safe haven, sehingga menguntungkan harga Emas.

Peningkatan permintaan emas dari bank-bank sentral global dapat berkontribusi pada kenaikan harga logam mulia ini. Menurut survei World Gold Council, bank-bank sentral besar kemungkinan akan membeli lebih banyak Emas dalam 12 bulan ke depan. Ini akan semakin meningkatkan permintaan logam mulia.

Pertanyaan Umum Seputar Emas

Emas telah memainkan peran penting dalam sejarah manusia karena telah banyak digunakan sebagai penyimpan nilai dan alat tukar. Saat ini, selain kilaunya dan kegunaannya sebagai perhiasan, logam mulia tersebut secara luas dipandang sebagai aset safe haven, yang berarti bahwa emas dianggap sebagai investasi yang baik selama masa-masa sulit. Emas juga secara luas dipandang sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan terhadap mata uang yang terdepresiasi karena tidak bergantung pada penerbit atau pemerintah tertentu.

Bank-bank sentral merupakan pemegang Emas terbesar. Dalam upaya mereka untuk mendukung mata uang mereka di masa sulit, bank sentral cenderung mendiversifikasi cadangan mereka dan membeli Emas untuk meningkatkan kekuatan ekonomi dan mata uang yang dirasakan. Cadangan Emas yang tinggi dapat menjadi sumber kepercayaan bagi solvabilitas suatu negara. Bank sentral menambahkan 1.136 ton Emas senilai sekitar $70 miliar ke cadangan mereka pada tahun 2022, menurut data dari World Gold Council. Ini merupakan pembelian tahunan tertinggi sejak pencatatan dimulai. Bank sentral dari negara-negara berkembang seperti Tiongkok, India, dan Turki dengan cepat meningkatkan cadangan Emasnya.

Emas memiliki korelasi terbalik dengan Dolar AS dan Obligasi Pemerintah AS, yang keduanya merupakan aset cadangan utama dan aset safe haven. Ketika Dolar terdepresiasi, Emas cenderung naik, yang memungkinkan para investor dan bank sentral untuk mendiversifikasi aset-aset mereka di masa sulit. Emas juga berkorelasi terbalik dengan aset-aset berisiko. Rally di pasar saham cenderung melemahkan harga Emas, sementara aksi jual di pasar yang lebih berisiko cenderung menguntungkan logam mulia ini.

Harga dapat bergerak karena berbagai faktor. Ketidakstabilan geopolitik atau ketakutan akan resesi yang parah dapat dengan cepat membuat harga Emas meningkat karena statusnya sebagai aset safe haven. Sebagai aset tanpa imbal hasil, Emas cenderung naik dengan suku bunga yang lebih rendah, sementara biaya uang yang lebih tinggi biasanya membebani logam kuning tersebut. Namun, sebagian besar pergerakan bergantung pada perilaku Dolar AS (USD) karena aset tersebut dihargakan dalam dolar (XAU/USD). Dolar yang kuat cenderung menjaga harga Emas tetap terkendali, sedangkan Dolar yang lebih lemah cenderung mendorong harga Emas naik.

 

Presiden ECB Lagarde: ECB Berharap Dapat Mencapai Target Inflasi 2% di 2025

Presiden European Central Bank (ECB) Lagarde mengatakan pada hari Rabu bahwa bank sentral berharap dapat mencapai target inflasi 2% pada tahun 2025
อ่านเพิ่มเติม Previous

S&P Global Manufacturing PMI Republik Korea Desember Merosot Ke 49 Dari Sebelumnya 50.6

S&P Global Manufacturing PMI Republik Korea Desember Merosot Ke 49 Dari Sebelumnya 50.6
อ่านเพิ่มเติม Next